Coretan Elsa
Elsa

Navigation : touch hover image



Diaries Owner Linkies Stuff

Hello peeps ! Welcome to superb blog. Happy Blogwalking :D


Bigfoots!



Credits!

basecode: Nurul AtiQah
Edit by: Elsa
Re-Edited By: Elsa
Others: Google Tumblr


Olimpiade di Jakarta part II

Sudah baca part I? Sekarang Part II.

“Oke, El. Siapa takut,” Ujar Nurul mengikutiku. Kami menaiki sebuah pesawat, disambut pramugari-pramugarinya, kemudian mencari tempat duduk.
“Ya ampun,” Gunamku. Ternyata aku duduk diantara dua murid laki-laki dari SD Muhammadiyah 2 Denpasar!
“El, ada apa?” Tanya Pak Gito. Pak Gito adalah nama kecil dari Pak Sugito.
“Pak, saya mau pindah duduk. Saya tidak mau duduk diantara anak laki-laki,” Ujarku.
Alhamdulillah, akhirnya aku bisa bertukar tempat duduk dengan seorang murid laki-laki. Maka, aku duduk di antara Pak Gito dan seorang murid perempuan dari SD Muhammadiyah 2 Denpasar. Entahlah siapa namanya, Elsa sudah lupa.
Pesawat mulai take-off (berangkat). Sambil mengencangkan sabuk pengaman, aku bersama temanku itu mengobrol sebentar, kemudian temanku tadi tertidur. Begitu pula dengan Pak Gito. Oh, ya, perjalanan dari Denpasar ke Jakarta itu membutuhkan waktu 2 jam. Sambil menunggu, aku bernyanyi dalam hati.
Pesawat berangkat jam 17.00 WITA, maka waktu kami sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta kira-kira 18.00 WIB. Kami menuju tempat penjemputan. Kami semua akan diantar oleh anak dari Bu Fitri dan kerabat dari salah satu guru dari SD Muhammadiyah yang lain.
Pertama-tama, kami ke Jakarta Timur dahulu. Kemudian kami mencari tempat makan yang cocok. Pilihan jatuh kepada sebuah rumah makan yang menyediakan lalapan.
Masing-masing murid mengorder segelas es teh. Begitu pula diriku. Tetapi begitu dicoba, es teh milik ketiga temanku dari SD Muhammadiyah 2 (lagi-lagi lupa namanya, nih. Tetapi Elsa ingat salah nama salah satu dari mereka, yaitu Latifa) tidak manis alias tawar. Makanya, mereka memintaku untuk meminta gula.
“Ayo, dong, El. Bantu mereka,” Nurul mendorong-dorong bahuku.
“Enggak. Kalian saja yang lakukan,” Jawabku cuek sambil membalas SMS dari Tante Angel.
“Yaah … lebih baik kamu, El. Kan kamu berani,” Nurul mendorong-dorong bahuku lebih keras. Tetapi aku terdiam sambil tetap membalas SMS Tante Angel. Dan akhirnya aku jera juga, deh.
“Ya sudah,” Aku mengirim pesan kemudian memasukkan kembali HP-nya ke dalam tas. Aku berjalan menuju dapur.
“Permisi, bu …,” Aku masuk ke dalam dapur. Disana ada seorang ibu-ibu membakar lalapan kami.
“Iya, ada apa, mbak?” Tanya ibu itu sambil menoleh kearahku.
“M … mau minta gula sedikit, bu,” Jawabku. Kemudian ibu itu memberikanku sebuah toples berisi gula. Aku segera berterima kasih, kemudian berlari kecil menuju teman-temanku tadi.
“Mana gulanya?” Nurul menagih gula dengan suara serak. Mendekati suara preman. Hahaha ….
“Nih,” Aku menyodorkan toples berisi gula tadi kepada Nurul.
Nurul menaruhnya di meja, membukanya, kemudian diserbu oleh ketiga anak tadi. Karena menurutku lucu karena tangan mereka tersangkut di dalam toples, maka aku segera mengambil kamera milik bapak dari dalam tas, dan memotretnya. Tetapi, Latifa sangat pemalu. Sehingga dia segera menutup wajahnya. Jadi, hasilnya jelek, deh.
“Nurul, lihat kesini,” Sahutku kepada Nurul yang berada di depanku. Kemudian aku menjepretnya.
Nurul yang kufoto.
“Elsa nakal!” Seru Nurul sambil mengambil Blackberry-nya. Akhirnya kami bertanding foto bersama. Aku berhasil mendapatkan foto Nurul, begitu juga Nurul yang menjepretku.
“Ini dia nasi lalapannya,” Ibu penjual menyodorkan lima piring ayam lalapan beserta sambal, nasi, dan sayur mayurnya.
Kemudian ibu penjual tadi mengambil toples gula setelah kami menyatakan bahwa kami sudah menambahkannya ke dalam teh kami. Kami berdo’a bersama, kemudian makan serakus-rakusnya.

Bersambung....

Label: , , ,